Tag Archives: bohong

My side-job as a hoax-slayer, bahahaha …

I just can’t help myself … setiap kali muncul pesan siaran alias broadcast message di grup WA yang sifatnya meresahkan kewarasan dan logika saya, saya selalu ingin berteriak,

Cik atuh lah, periksa dulu sebelum menyebarkan berita. Don’t be such a clicking monkey!”

Clicking monkey(s) adalah istilah yang saya temukan dari sebuah tulisan, definisinya kurang lebih adalah orang yang dengan mudah menekan tombol share pada sebuah berita yang ditemukan di internet walaupun belum jelas kebenarannya alias orang yang tidak ada upaya untuk mencari tahu kebenaran berita yang akan disebarkannya. Memang, mirip seperti monyet yang gak punya pikiran, asal pijit aja tanpa dipikir. Mungkin yang dipikirkan hanya “Wow, saya baru tahu nih! Semua orang juga perlu harus tahu!” tanpa bertanya “Benarkah berita ini?”

Berita bohong (or you used to call them HOAX) yang paling saya ingat sebagai berita bohong generasi pertama yang menggelitik hati nurani saya adalah berita bohong mengenai Mars yang akan tampak seukuran Bulan di langit, berita ini mulai menyebar sejak tahun 2003 (CMIIW) dan berulang setiap tahun pada bulan Agustus. Tanpa saya sadari, berita bohong itu sudah tidak ada lagi. Ya kaleee masih ada orang yang percaya.

Orang memang lebih suka berita-berita yang bombastis, menghebohkan, life-threatening, lalalala, you name it. Zaman sekarang, berita bohong semakin menggila saja. Dari soal politik (ah, gak aneh ya itu mah), kesehatan, agama, dan seterusnya. Apalagi siaran-siaran tersebut makin mudah menyebar karena akses internet semakin mudah. Dulu, mau akses internet harus nyalain komputer atau jalan ke warnet dulu, udah gitu mahal pula biayanya. Sekarang, jangan ditanya deh, berapa orang yang setiap harinya berselancar di dunia maya atau hanya sekedar memeriksa pesan di WA? Pagi, siang, sore, malam, mau tidur, bangun tidur, pas lagi tidur?

Tadi pagi saya membaca pesan mengenai kanker payudara dan kanker rahim dengan embel-embel kalimat “Sharing Untuk Para Wanita. (bila pria yang terima, tolong diteruskan ke wanita di sekitar anda).” di grup keluarga. Itu bukan pertama kalinya sih saya membaca pesan yang persis sama seperti itu, tapi hati ini (untuk yang kesekian kalinya) tergerak untuk mencari klarifikasinya. Dan benar saja, sebagian isi pesan tersebut adalah berita bohong. Langsung saja saya kirimkan klarifikasinya ke grup tersebut dengan harapan anggota grup yang lain minimal tidak ikut meneruskan pesan tersebut di grup lain.

Klarifikasi hasil temuan Google mengenai pesan berantai terkait kanker rahim.

Saking seringnya saya menyambi pekerjaan sebagai hoax-slayer di grup-grup WA, sampai ada salah seorang anggota grup yang meminta klarifikasi mengenai kebenaran sebuah berita (yang dia peroleh dari grup lain dan sebenarnya bisa dia cari klarifikasi sendiri melalui gawainya) kepada saya. “Bener gak nih beritanya, Neng Santi?” Err … pengennya sih saya jawab “Googling aja, Ceu” tapi tampaknya tidak akan berpengaruh. Seperti biasa saya cari di Google dan klarifikasinya tidak akan terlalu jauh di bawah hasil pencarian, dan saya siarkan lagi hasil temuan saya Google itu ke grup. Di lain waktu ada juga yang menanyakan info lebih lanjut mengenai tata cara pendaftaran BPJS Kesehatan (as if I was working for BPJS Kesehatan. Duh!) setelah saya mengklarifikasikan berita bohong mengenai kartu BPJS lama (ASKES) yang sudah tidak berlaku lagi.

Apa susahnya sih ya nyari di Google? Mungkin mereka taunya ponsel pintar itu hanya bisa untuk WA dan medsos lainnya, tidak ada perambah. Kalau alasannya adalah sibuk, errr … I’m sorry, I can’t accept that kind of excuse. Emang sih, lebih gampang pijit tombol share daripada tombol copy lalu paste di kolom search-nya Google (or simply in your goddamn browser’s address bar).

Saya teringat sebuah kisah (yang sebenarnya saya juga tidak tahu kebenarannya, hihi …) mengenai seseorang yang menebarkan fitnah mengenai saudaranya lalu menyesal tetapi tidak dapat menarik kembali ucapannya karena seperti kutipan di awal kisah tersebut: “Fitnah itu ibarat kapas yang ditiup angin, kita tidak akan bisa mengumpulkannya lagi jika sudah tersebar jauh entah kemana.”

Terlepas dari benar atau tidaknya keberadaan kisah tersebut … Bener juga sih! Berita bohong telah menyebar, the least thing we can do is stop spreading them. #tumpashoax

 

*apalah ghuwe ini, nulis dengan bahasa gado-gado tanpa memperhatikan struktur kalimat yang baik dan benar*