Tag Archives: kesimpulan

Entahlah…

Kamis, 22 Maret 2018, menjelang azan Zuhur tiba-tiba ada pesan masuk via WhatsApp dari nomor yang tidak dikenal alias tidak tersimpan di buku telepon saya. Panjaaaaaang banget. (Saya gabungkan screenshot supaya bacanya tidak terputus-putus)

Aku dicuekinya … (Silakan diklik untuk melihat lebih jelas)

Ini bukan pertama kalinya saya menerima pesan ujug-ujug minta sumbangan. Sebelumnya saya pernah menerima pesan serupa melalui SMS dan sudah saya ceritakan juga di tulisan lain. Kesal rasanya. Saya merasa perlu untuk menggarisbawahi beberapa hal di sini:

  1. Tolonglah kalau mau minta sumbangan tuh dengan cara yang baik. Selain menggunakan kata-kata yang sopan seperti pada pesan di atas, jelaskanlah dari mana Anda mendapatkan nomor saya. Saya tidak pernah memberikan nomor saya kepada orang lain dengan pesan “Silakan disebarkan ya kepada orang-orang yang membutuhkan” Yang benar saja. Saya pun tidak akan sembarangan memberikan informasi nomor ponsel orang lain tanpa seizin pemilik nomor.
  2. Hari gini, saya tidak akan dengan mudah mempercayai ajakan untuk beramal walaupun informasinya terlihat sangat lengkap. Apakah salah jika saya menaruh curiga kepada orang yang tiba-tiba muncul entah dari mana meminta sumbangan lalu tidak menghiraukan pertanyaan saya mengenai identitas orang yang telah memberikan informasi nomor saya?
  3. Jika Anda bermaksud ingin menipu, saya doakan semoga Anda segera bertobat dan diampuni Allah SWT.

Kata teman saya (yang ngakunya masih suka baca blog ini tapi gak pernah meninggalkan komentar, hihi …), “Kenapa harus kesal? Tinggal hapus saja pesannya dan block nomornya.” Sebenarnya saya tidak perlu memblokir nomornya karena saya sendiri malah curiga bahwa dia langsung memblokir saya segera setelah dia mengirimkan informasi yang mendukung tujuannya. Kecurigaan saya didasarkan pada fakta bahwa pesan saya tidak dibaca apalagi dijawab hingga hampir satu pekan. Modus ‘hit and run‘ kah?

Karena di pesan panjang itu tercantum alamat web, saya coba cek. Isinya memang lengkap. Ada satu hal yang menjadi perhatian saya, yaitu informasi NPSN 347446868 yang dicantumkan di sana. Untuk hasil tercepat, saya cari di Google dan yang muncul adalah lembaga pendidikan lain yang lokasinya di Makassar. Anehnya, lembaga pendidikan yang mencantumkan NPSN 347446868 itu tidak hanya satu. Nomor apa sih ini sebenarnya? Akhirnya saya menemukan situs milik Kemendikbud ini dan memasukan NPSN ke kolom pencarian pada bagian Data Master Pendidikan Non-formal dan hasilnya nol. Tapi ketika saya coba cari manual mulai dari provinsi hingga kelurahan sesuai informasi yang tercantum pada laman web peminta sumbangan tersebut, saya dapatkan sedikit informasi. Saya katakan sedikit karena hanya ada kecocokan nama lembaga pendidikan dan alamat singkat saja.

Nama dan alamat Ponpes sudah sesuai dengan yang tercantum pada web tetapi NPSN-nya berbeda. Apakah ada perubahan NPSN? Entahlah … Pada tab-tab lainnya juga informasinya kosong. Saya coba hubungi via e-mail ke pengaduan@kemendikbud.go.id mengenai kebenaran keberadaan Ponpes yang menghubungi saya itu tetapi sayangnya responnya tidak secepat halobpom (Iya sih, beda kasus …). Hingga sekarang belum ada balasan.

Jadi, baiklah. Saya akan menghapus pesan WA tadi dan memblokir nomornya.

Kisahku ber-ATM

Bulan baru, gajian, duitnya gede-gede karena baru ambil di ATM. Kalau nggak 50.000an, ya 100.000an. Pedagang sayur keliling pun kewalahan karena pelanggannya bayar pake pecahan besar terus. Pengalaman banget nih, tentunya bukan sebagai tukang sayur… Kalau Anda ambil gaji tunai dari juru bayar, terima nasib deh kalau dapatnya pecahan 100.000an. Jadinya awet sih karena itu duit istilahnya “nggak laku” karena susah nyari kembalian.

Hari gini sepertinya hampir semua orang gajinya langsung masuk rekening. Nah, mesin ATM tuh biasanya nyediain uang pecahan 50.000 atau 100.000. Kalau zaman kuliah dulu sih masih ada ATM 10.000an di mana-mana (bisa nebak lah saya kuliahnya tahun berapa, haha…) Tapi tahukah Anda, sekarang sudah tahun 2018 dan masih ada mesin ATM yang menyediakan uang pecahan 20.000. Yes, people! Dua puluh ribuan! Di mana tuuuuch?

Saya bukan jenis orang yang senang beredar dan menjelajah apalagi survei pecahan duit di mesin ATM, sehingga sejauh ini saya baru menemukan ATM 20.000an di BTC Pasteur. Awalnya saat saya ambil uang di ATM BNI yang ada di lantai SB BTC itu, saya nggak perhatiin dia ngeluarin duit pecahan berapa (biasanya ditempel stiker yang menginformasikan pecahan uang yang dikeluarkan di badan ATMnya). Pas saya mau ambil 200.000, yang keluar duit hijau 10 lembar, sampe kaget. Gara-gara itu, dompet saya jadi tebal, literally. Setelah itu saya jadi enggan mengambil uang di ATM BNI yang itu.

Di lain waktu, saya dan suami ke Bank Mandiri untuk ambil uang di ATMnya. Ternyata ATM di Bank Mandiri sedang mengalami gangguan dan petugas Satpam di sana menyarankan kami untuk mengambil uang di ATM Link yang ada di Indomaret (bersebelahan dengan Bank Mandiri tersebut), katanya “Di ATM sebelah aja, Bu. Yang ada logo Linknya.”

Dulu saya nggak pernah peduli/terpengaruh dengan logo-logo yang ada di kartu/mesin ATM karena saya pernah ambil uang dari rekening BRI menggunakan mesin ATM BRI Syariah (dengan asumsi kedua bank tersebut masih sodaraan sehingga nggak kena biaya tambahan) ternyata dipotong 7.500. Dan saya pun pernah transfer dari Bank Mandiri ke Bank Syariah Mandiri, kena biaya transfer juga. Gondok! Jadinya kalau saya mau ambil uang di rekening BRI, saya gunakan mesin ATM BRI. Kalau mau ambil uang di rekening Bank Mandiri, saya gunakan ATM Bank Mandiri. Sebenarnya kegondokan saya itu adalah akibat ketidakpedulian ketidaktahuan saya. Dulu saya hanya tahu bahwa transaksi antara BNI dengan BNI Syariah itu sama sekali bebas biaya (lagipula memang tidak ada mesin ATM BNI Syariah) dan mengira bahwa itu berlaku untuk bank lain yang punya “versi” syariah. Sekarang saya sudah tahu bahwa bank konvensional dan bank syariah dengan nama yang sama itu kadang tidak selamanya bebas biaya, untuk kasus ini adalah Bank Mandiri-Bank Syariah Mandiri dan BRI-BRI Syariah.

Kembali ke Link… Saya mulai memperhatikan mesin ATM Link yang ada di Indomaret itu, ternyata selain dapat digunakan untuk ATM Mandiri, ia dapat juga digunakan untuk BTN, BRI, dan BNI. Saya cek juga kartu-kartu ATM yang saya punya, ternyata semuanya mencantumkan logo Link. Jadi sekarang saya nggak perlu bingung kalau mau ambil uang di rekening BRI/BNI/Bank Mandiri, cari aja logo Link di mesin ATM. Untuk rekening di bank lain, saya tidak tahu karena saya tidak berkepentingan, hehe … Tapi kalau di daerah rumah saya sih lumayan gampang karena hampir semua bank ada di dekat rumah saya. Ada Bank Jabar, BCA, Bank Muamalat, BRI, OCBC-NISP, Bank Mandiri Syariah, BRI Syariah, BNI, BNI Syariah, Panin, dan lain-lain. Asyik ya, hihi …

Satu hal yang ternyata memudahkan saya adalah si ATM BNI 20.000an di BTC itu. Selain termasuk ATM Link, ia juga mengeluarkan uang pecahan 20.000. Nggak ada lagi duit “nggak laku” pas awal bulan. Ambil gaji di situ aja…

Trus, duit jadi cepet abis karena keliatan “receh”? Nah, itu mah derita Anda…

Update 9 Nov 2018: Ternyata mesin ATM itu sekarang mengeluarkan pecahan 50.000 rupiah. Kembali ke “duit nggak laku” … Dan ada info (yang menurut saya) baru mengenai ATM Link di sini.

Pendaftaran ulang nomor prabayar

Whiiiwww! Mungkin kemarin ada yang sempat panik dengan broadcast mengenai pendaftaran ulang nomor ponsel yang katanya paling lambat tanggal 31 Oktober 2017. “Ayo buruan daftar kalau nggak mau nomor kamu diblokir!” Makanya sekali-sekali nonton TV lah, jangan cuma mantengin Whatsapp aja. *suombong*

Di TV (dan di media daring) sudah dijelaskan bahwa pendaftaran ulang nomor ponsel itu dilakukan MULAI 31 Oktober 2017 hingga 28 Februari 2018. Jadi, nggak usah panik lalu mem-broadcast ulang pesan broadcast itu di semua grup.

Hari ini, 31 Oktober 2017, mumpung masih inget, saya coba deh pendaftaran ulang nomor ponsel dengan mengirim SMS ke 4444 menggunakan format yang dijelaskan di pesan-pesan broadcast itu. Katanya menggunakan format SMS ULANG#NIK#NoKK. Ok, saya coba dari nomor Tri. Berhasil, langsung ada balasan. Selanjutnya saya coba dari nomor Telkomsel. Satu menit, dua menit, tidak ada balasan. Kirim ulang, kirim ulang, tidak ada balasan juga. Lalu saya perhatikan lagi pesan-pesan broadcast itu dan menemukan bahwa pendaftaran dapat dilakukan melalui situs resmi Telkomsel. Saya coba, loading pada saat meminta password, lalu ada SMS berisi password. Saya masukkan password lalu klik Kirim. Loading, loading, loading … Jreng! “Nomor Anda teridentifikasi sebagai non-Telkomsel”

Meanwhile, SMS berdatangan dari 4444 dengan isi yang sama “Maaf. Saat ini permintaan Anda tidak dapat diproses. Silakan hubungi call centre 188 untuk informasi lebih lanjut.”

Saya ulangi proses hingga berjam-jam, saya diombang-ambing dalam ketidakpastian. Dua kali dibilang nomor non-Telkomsel, entah berapa kali saya refresh formulir pendaftaran dan nunggu kiriman password, saya menyerah. Saya coba lagi SMS ke 4444 dengan berbagai format:

  • ULANG#NIK#NoKK
  • ULANG<spasi>NIK#NoKK
  • ULANG<spasi>NIK#NoKK# (format ini yang tercantum pada situs resmi Telkomsel. Saya sudah coba beberapa kali sambil mengulang proses pendaftaran di situsnya dan segera dibalas dengan “Maaf. Saat ini permintaan Anda tidak dapat diproses. Silakan hubungi call centre 188 untuk informasi lebih lanjut.”)

  • ULANG#NIK#NoKK#
  • ULANG_NIK#NoKK# (saya curiga format ini yang benar, tapi entahlah)
  • ULANG_NIK#NoKK

Dan akhirnya,

Selamat, proses registrasi ulang kartu prabayar Anda telah berhasil.

Alhamdulillaah, saya terharu. Akhirnya usaha saya tidak sia-sia *lebay dramatis*

Dan diikuti oleh berondongan SMS “Maaf. Saat ini permintaan Anda tidak dapat diproses. Silakan hubungi call centre 188 untuk informasi lebih lanjut.”

Jadi, kesimpulannya entah format mana yang berhasil untuk nomor Telkomsel, hahaha …

Sedikit pengetahuan dari kunjungan ke dokter

Syahdan, sekitar pertengahan September 2017 saya mengalami batuk yang lumayan parah. Kena angin dikit langsung batuk-batuk tanpa henti, sampai sakit kepala. Kalau dihitung-hitung, gejala seperti itu berlangsung selama dua pekan. Konon katanya virus flu dengan gejala batuk dan/atau pilek memang hanya bertahan dua pekan saja. Kalau gejalanya tidak hilang dalam dua pekan (katanya) berarti ada yang salah. Nah loh, mau menyalahkan siapa?

Setelah dua pekan, batuk-batuk sudah tidak muncul, tapiiii kenapa di tenggorokan seperti ada dahak yang sulit dikeluarkan? Selalu ingin berdehem … Karena takut ada sesuatu yang salah di dalam tubuh saya, saya putuskan untuk memeriksakan diri ke dokter. Kebetulan saat itu anak saya pun sedang batuk.

Kata dokter, gejala dahak yang selalu terasa di tenggorokan itu ada kaitannya dengan lambung saya. Katanya, ketika kita menderita penyakit maag, yaitu ketika lambung memproduksi asam berlebih, efeknya adalah pengeluaran gas atau asam lambung akan naik ke tenggorokan (apa kerongkongan? Itulah pokoknya) sehingga menimbulkan radang. Dahak adalah mekanisme tubuh dalam mengatasi radang tersebut. Jadi, dokter meresepkan obat lambung dan vitamin pencernaan, bukan obat batuk.

Aeh, saya kira saya sudah terlepas dari penyakit lambung, ternyata susah ya.

*update:

Tambahan tentang dahak tadi. Katanya dahak ini lebih terasa ketika posisi tubuh sedang berbaring. Pantas saja tiap bangun tidur rasanya tenggorokan penuh dahak. Udah, gitu aja tambahannya, hehe …

Semut atau rayap?

Setelah beberapa kali menemukan serangga semacam ini bergelimpangan di dekat radio-tape saya, saya agak penasaran apakan serangga yang saya temukan itu termasuk golongan semut atau rayap yang katanya suka menggerogoti kayu. Setelah melatih kemampuan fotografi saya dengan mengambil beberapa foto serangga tersebut, saya teringat kembali dengan tutorial membuat animasi GIF yang sudah lama tidak saya praktikkan. Animasi [mungkin lebih tepatnya tumpukan gambar-gambar yang ditayangkan bergantian] ini saya buat dari 10 gambar. Serangga pada gambar 1-8 masih hidup pada saat difoto, sedangkan serangga pada gambar 9-10 [berwarna lebih gelap] sudah mati dan kaku. Diklik aja gambarnya kalo masih keliatan statis 🙂

Setelah saya cari-cari di internet, tampaknya serangga di atas termasuk rayap. Di sini ditunjukkan beberapa perbedaan antara semut dengan rayap yang membuat saya menyimpulkan bahwa Bugsy adalah rayap. Perbedaan yang cukup mencolok berdasarkan tautan tadi antara lain…

  • Semut memiliki pinggang yang ramping, sedangkan rayap cenderung tidak memiliki pinggang
  • Antena rayap cenderung lurus, sedangkan antena semut memiliki bengkokan

Ah mengerikan sekali, bagian mana dari kamar saya yang menjadi ruang makan rayap-rayap itu?

There are some good things about taking pictures of small creatures:

  • I can see them in more details than seeing them by naked eyes.
  • I can finally figured out some tricks to adjust the camera [especially the flash] so I can take better pictures of small and close objects. A macro-focus alone wouldn’t always do.

How I love to do experiments with my camera… 😀

Review-wannabe: Supernova

Tadi malam entah kenapa saya bisa ada di depan televisi dan memutuskan untuk menonton. Aw, padahal waktu itu gambarnya sangat tidak baik bagi kesehatan mata. Saya mulai tertarik untuk menyaksikan film yang sedang ditayangkan di Global TV itu karena sempat mengesani sebuah gambar yang biasa saya ‘pantau’ di kantor. Gambar apa cobaaaaa? It’s something like this. Yap, gambar matahari! Di latar depan gambar matahari dalam beberapa panjang gelombang itu ada kotak yg menampilkan rumus-rumus ga jelas dengan integral berlapis. Canggih pisan sigana teh! Setelah rumus-rumus ajaib tersebut berhenti ‘running’, sang ilmuwan di film menampilkan wajah kaget.

Adegan selanjutnya adalah si ilmuwan yang bernama Austin Shepard [diperankan oleh Peter Fonda] itu kabur ke khatulistiwa. Oya, observatorium tempat Dr. Shepard itu bekerja katanya ada di Australia, namanya SPL [Solar Probe Laboratory?]. Sebelum kabur, Dr. Shepard sempat berkomunikasi dengan Ginny, dan ternyata sudah menghapus semua data yang ada di komputernya [entah kenapa] dan mengirimkan surel ke beberapa koleganya [yang katanya surel itu akan terhapus dengan sendirinya setelah dibaca]. Salah satu kolega yang dimaksud adalah Dr. Christopher Richardson [Luke Perry, pernah main di Beverly Hills 90210, FYI] yang ternyata adalah ‘nu boga lakon’ di film ini.

Saya agak tersesat baca teks di film itu. Solar probe diterjemahkan sebagai sensor matahari, sunspot diterjemahkan sebagai titik matahari, coronal mass ejection sebagai injeksi blablabla [lupa], dan masih banyak lagi istilah-istilah teknis yang diterjemahkan secara membabi buta.

Tiba-tiba kolega-kolega Dr. Shepard yang menerima surel tersebut menjadi semacam tahanan untuk menjadi sumber informasi mengenai kaburnya Dr. Shepard oleh National Intelligent Organization [yang katanya berpusat di Amrik]. Katanya ada hubungannya dengan protokol ‘solar probe’ yang dijual ke pihak lain oleh Dr. Shepard. Makin bingung saya. Kenapa para ilmuwan itu ditahan NIO? Kenapa proyek observasi matahari bisa diperjualbelikan? Untuk tujuan apa? Kenapa NIO yang punyanya Amrik bisa seenaknya di Australia?

Jadi katanya si Shepard itu menemukan bahwa sebenarnya usia matahari jauh lebih tua dari usia yang diperhitungkan sebelumnya [dari rumus ajaib yang sarat dengan integral berlipat itu] dan saat itu matahari akan meledak menjadi supernova. Selain proyek solar probe ini, ada proyek lain yang diangkat dalam film ini, namanya Phoenix, sejenis bunker penyelamat dari bencana ‘kiamat’ [mungkin serupa dengan yang ada di film 2012]. Lagi-lagi saya bingung. Dengan ingatan saya yang sangat buruk mengenai materi kuliah evolusi bintang, memangnya bumi bakal selamat ya dari ledakan supernova matahari? Kalopun ga kena ledakannya [which is hardly possible], masih bisa ada kehidupan di bumi gitu [jauh di dalam tanah sekalipun]? Katakanlah mereka bertahan di dalam tanah sampai beberapa bulan dan menunggu sampai keadaan kembali normal, normal sebelah mananya? Mataharinya kan udah meledak alias mati, errr…speechless.

Next, animasi pelontaran massa korona yang menurut saya lebaynya pol. Ada ya satelit yang bisa merekam penjalaran CME dari matahari sampai menabrak bumi? “Tumbukan akan terjadi pada lima, empat, tiga, dua, satu” Duarrrr! Dan entah kenapa [mungkin karena saya ga stay tunned di depan tipi demi apdet twitter ngomentarin film sci-fi itu], ada adegan hujan bola api. Err…katanya itu plasma dari matahari.

Balik lagi ke proyek Phoenix. Seperti yang sudah diduga, yang boleh masuk bunker cuma orang-orang tertentu aja. Para ilmuwan canggih itu termasuk juga dooong, tapi kok ya mereka jadi semacam [lagi-lagi] tahanan. Terserah mereka dong mau ikut berlindung atau mau bunuh diri di luar. Sampe dikejar-kejar si agen NIO yang namanya Delgado itu. Bingung lagi untuk yang kesekian kalinya. Apalagi pemerintah terkait memutuskan untuk merahasiakan bahwa matahari mau meledak, jadinya ga ada adegan berbondong-bondong pengen masuk bunker.

Nah ada lagi satu plot aneh. Di situ diceritain si keluarga Richardson sepertinya ketakutan dengan kaburnya penjahat kejam bernama Cole. Apa hubungannya dengan matahari mau meledak cobaaaa? Jadi si istri dan anak Richardson yang namanya Brooke dan Hailey itu sampe kabur ke pondoknya siapa gitu [kalo ga salah namanya Ann Lynn, seperti merek susu kalsium :p] begitu tau si Cole yang mau ditransfer dari satu penjara ke penjara yang lain itu kabur, gara-garanya si mobil yang ngangkut para penjahat itu kecelakaan akibat tabrakan dengan sekumpulan burung mabok tatkala terjadi aurora di siang bolong.

Adegan kesekian, sekumpulan orang sedang berkumpul di labnya Shepard. Katanya ngebackupin semua data yang ada di internet sebisa mungkin supaya nanti bisa ditemukan oleh orang-orang [generasi berikutnya mungkin?] yang selamat dari ledakan supernova. Motivasi yang janggal.

Lanjut. Ternyata hitungan si Shepard itu berdasarkan penelitiannya Richardson. Dengan kata lain, yang bikin rumus awal tentang perhitungan umur matahari itu si Richardson. Richardson penasaran dong kenapa umur matahari jadi boros gitu berdasarkan penurunan rumus Shepard. Dipelototin tuh rumus di layar komputer, mungkin biar terkesan canggih nurunin rumusnya pake komputer. Lalu tiba-tiba ada tanda “+” berkedip-kedip merah di situ. Aha! Katanya rumus Richardson salah di situ, harusnya “-“. Udah diturunin di komputer masih ada salah? Mending dikotret aja kali ya :p Setelah dihitung ulang, hasil perhitungan [yang entah ngitung apa dengan cara apa] yang tadinya ordenya 10^11 berubah jadi orde 10^-11. Umur matahari gitu? Satuannya apa yeah kok ordenya minus gitu?

Adegan selanjutnya para ilmuwan itu ketawa-ketawa lega gitu. Wow, cuma gara-gara tanda tambah yang bodoh, gitu katanya. Jadi mataharinya ga jadi meledak sodara-sodara! Chris pun pulang mencari istri dan anaknya. Rumahnya kosong karena memang istri dan anaknya udah ngungsi ke pondok tea. Chris mendapati pembantu rumah tangganya yang bernama Teresa udah jadi mayat. Kesimpulan ini saya dapat dari adegan genangan darah di lantai bawah dan kaki yang menjulur di lantai kamar terlihat dari sisi yang terhalang tempat tidur dan selanjutnya disensor [mungkin mayatnya tak berkepala, entahlah] yang dilanjut dengan adegan Cole si buronan sedang melaju dengan motor curian. Sampai sini saya bertanya-tanya, urusan mataharinya udah selesai ya?

Chris menyusul istrinya ke pondokan berdasarkan petunjuk yang didapat di rumahnya. Brooke hepi banget dong akhirnya bisa ketemu sang suami yang selama isu supernova itu ga jelas ada di mana. Ternyata Cole berhasil mengetahui keberadaan keluarga Richardson itu. Just like the average thriller movies, tiba-tiba lampu pondok mati. Dan Chris pun memutuskan untuk pergi menyalakan generator yang ada di luar. Seperti biasa, sang jagoan dipukul dari belakang sampai jatuh pingsan oleh si bandit. Cole berhasil masuk pondok dan hampir membunuh Brooke. Eh ngga, pas mau masuk rumah sempet ada perlawanan dari cewek-cewek yang ada di situ. Brooke berusaha mukul Cole pake tongkat, gagal. Ann Lyn mukul Cole pake penggorengan teflon, TUNGGG gitu, tapi ga ngefek. Hailey berhasil bikin Cole sedikit kleyengan dengan menjatuhkan pot bunga kecil dari lantai atas ke kepala Cole. Jadi pot bunga kecil lebih mantep dari penggorengan teflonkah?

Nah, pas si Brooke hampir mati dibunuh Cole, Chris dateng dan terjadilah pergumulan. Next, DORRR! Juuuust like an average movie, Cole mati ditembak Brooke dari belakang. Dor! Dor! Cole nyemplung ke danau di dekat tempat pergumulan. Blubuk, blubuk! Brooke pun melempar pistolnya ke danau. Berperlukaaaan…

Itu belum akhirnya banget sih, tapi percaya deh, ga ada lagi cerita soal mataharinya. Bener-bener bodoh banget deh saya tuh semalem mau-maunya buang waktu buat nonton film ga jelas dengan banyak sensor itu.

Kesimpulannya:

  1. Film ini bener-bener menguji pengetahuan saya dalam bidang astronomi.
  2. Film ini ga punya pendirian, mau sci-fi atau semacam I know what you did last summer?
  3. Film ini kurang survei, setelah saya iseng cari-cari di inet ternyata penggambaran settingnya sangat ngaco. Saya juga baru tau kalo film ini maksudnya mengambil seting di Australia setelah saya baca di sini.
  4. Walaupun katanya ‘film sci-fi baru bisa dinikmati jika kita mengabaikan fakta-fakta ilmiah’, saya tetap tidak bisa menikmatinya karena terlalu banyak subtema yang dipaksakan untuk berkaitan dan inti dari cerita pun tidak jelas. Kalo matahari emang ga jadi meledak trus hujan bola api itu maksudnya apa? Cuma peningkatan aktivitas matahari biasa aja? Endingnya juga super-duper-hyper-garing tanpa kejelasan kenapa Cole ngejar-ngejar keluarga Richardson ampe segitunya. Mungkin karena saya ga nonton dari awal banget.
  5. Film ini mirip film 2012 dan ga kalah konyol dari film Sunshine.
  6. Ternyata saya masih males liat aktingnya Luke Perry. Tampangnya itu loh ogah-ogahan gitu.

Saya juga baru tau bahwa ternyata film itu aslinya adalah miniseri berdurasi 3 jam. Pantesan lama bangeeeeet kaya film India, ga selesai-selesai, ceritanya ke mana-mana, banyak sensornya pula.

    Sekian.

    Batita juga manusia

    Hari Sabtu, jadwal mencuci… Semuanya sibuk. Si Ummi masak buat makan siang karena jadwal ngajarnya pagi, si Abi buru-buru sarapan karena jadwalnya pagi juga dan tempat ngajarnya nun jauh di sana, si Mamah lumayan nyantai walaupun mau ikutan senam pagi jam 7 di lapangan deket rumah. Cuma si Aa dan si Ade aja yang bebas tugas. Aa (hampir 6 tahun) hanya sekolah Senin-Jumat, Ade (18 bulan) memang masih masanya senang-senang.

    Bi Santi [yeah, that’s me] masih leyeh-leyeh di kasur gara-gara malemnya terlalu semangat mencari teman lama di FB [dengan hasil yang cukup memuaskan] sampai pukul 11 malam. Tapi begitu sadar bahwa pagi itu ga bisa leyeh-leyeh, langsung deh bangun dan terjaga [walaupun masih sangat merindukan bantal dan balutan selimut]. Cucian harus segera diselesaikan karena pasti kebagian jagain si Ade walaupun hanya 1,5 jam selama si Mamah senam.

    Masih males dan pengen tiduran, baru mulai nyuci setengah 8an. Banyak iklan, harus ngawasi si Aa yang lagi makan, ngawasi si Ade yang gangguin si Aa. Sepertinya Ade pengen makan juga, jadi we saya nyuapin Ade dulu. Ternyata salah jurus, Ade mogok makan di suapan kelima. Ponselku berbunyi…

    “Bi Santi…mau ikut Kaka ga ke…Bumi Parahiyangan?”

    Maksudnya Kota Baru Parahiyangan yang ada museum sainsnya. Pengen ikut sebenernya, tapi cucian belum beres, pengen tidur juga. Sebel ah kalo ngajak jalan ngedadak gitu. Si Aa pasti pengen ikut, tapi belum tau nih si Mamah mau ikut apa ngga karena belum balik dari senam pagi. Kalo saya ga ikut, pasti Mamah ga mau bawa Ade. Ade emangnya rela ditinggalin?

    Mamah pulang, saya kasitau soal ajakan Kaka. Dugaan saya ga meleset, Mamah pengen ikut tapi ga mau bawa Ade karena saya ga ikut juga. Aa kegirangan,

    “Ade sama Bi Santi aja yaaa?”

    “Ga mauuuuuu…!”

    Saya masih nyuci, dua kurcaci udah riweuh dimandiin. Mamah ngibul-ngibul dikit demi bikin si Ade diem waktu dipakein baju,

    “Uwa Ipaaan, Ade mau ikut Waaa…”

    Padahal rencananya si Ade mau dibius aja pake susu biar tidur sebelum si Uwa dateng sama Kaka dan Dede. Kami bertiga udah kaya penjahat licik aja, cengar-cengir waktu liat si Ade mulai ambil posisi tidur dengan botol susu dan si Apuh.

    “Asiiiik, Ade bobo…”

    Saya masih ngejemur cucian waktu si Uwa dateng, ternyata rencana pembiusan gagal. Kayanya Ade mulai ngerti siasat kami bertiga. Matanya udah 5 Watt tapi susah bener disuruh tidur. Takut keburu siang, Uwa, Kaka, Dede, Aa, langsung naik mobil. Ade pengen ikut, Mamah masih usaha nipu,

    “Ade pake sepatu dulu, mana sepatunya?”

    Ade cuek, mau naek mobil. Semua buru-buru tutup pintu, mobil keluar pager. Si Ade masih sempet bergaya tukang parkir karena dikiranya Mamah ga ikut atau paling sedikit dia masih punya harapan untuk naek mobil bareng Mamah. Begitu Mamah nutup pager dari luar, Ade langsung ngejar, tapi terlambat sodara-sodara…glek!

    “Aaaaaaaaaaaaa……!”

    Mungkin maksudnya “Ikuuuuuuuut!” Giliran Bi Santi bagian penertiban.

    “Ade tunggu Ummi pulang aja ya, bobo dulu”

    “Aaaaaaaaaaaaaa…!”

    Begitu nemu botol susu dan si Apuh di ruang tengah, senyap deh! Sambil nunggu si Ade benar-benar terlelap, nyuci beras dulu. Pas balik ke ruang tengah, si Ade lagi baca koran doooong. Ya, dia duduk dengan mata tertuju dengan serius ke lembaran koran yang terbuka di depannya. Aaaarggh, susah banget nyuruh anak ini tidur!

    “Ade lagi baca koran?”

    “Ngh…?”

    “Mau bobo ga?”

    “Uh…uh!”

    “Mau bobo di mana?”

    “Uh…uh!”

    “Sok atuh ambil susu sama apuhnya”

    Lokasi berpindah ke kamar Mamah, Ade langsung rebahan di kasur Mamah, nungging-nungging ga jelas. Gulatak-gulitik, turun lagi, berdiri di sebelah kasur. Guess what, dia ngeliat jilbab Mamah di pinggir kasur dan wajahnya langsung berubah sedih berattt, kaya mau nangis gitu. Mukanya udah kaya sad emoticon aja, siap-siap mau nangis…5 detik…10 detik…makin keliatan pengen nangis sakit hati [asli deh saya kasian banget ngeliatnya]… Ade naik lagi ke kasur dan merebahkan diri, dan…

    “Aaaaaaaa….!”

    Tapi itu tidak berlangsung lama karena susu came for the rescue. Dengan bantuan si Apuh, akhirnya Ade pun tertidur dalam posisi nungging seperti biasa. Pfiuuuuhhh! 10:30 WIB, dan saya masih ada satu ember cucian lagi yang belum dijemur. Cuciaaaaaan deh guwe!

    Jemuran, sukses!

    Pembiusan, sukses!

    Masak nasi, sukses!

    Mandi, sukses!

    Tidur…?

    Gagal, karena ngeblog lebih menyenangkan daripada tidur saat ini, hehehe…. Kesimpulan saya hari ini:

    • Jangan meremehkan perasaan anak kecil walaupun dia baru berusia 1 tahun.
    • Jangan suka ngeboongin anak kecil kalo emang ga mau ngajak jalan, karena mungkin itu dapat membekaskan luka di hatinya. Will you ever hurt the heart of this cute little guy?
    Yeah, don't you dare give me a heartache

    Iyyyeeeaaahhh, aren't I cute?

    • Botol susu pleus si Apuh seringnya berhasil untuk meredakan tangis si Ade pada jam tidurnya.
    • Saya sudah bisa tidur dengan tenang setelah menulis blog ini.

    Hehe…