Rok vs celana panjang


Saat ini sedang agak heboh tentang pergantian seragam Paskibraka putri dari rok menjadi celana panjang. Saya setuju dengan perubahan ini!

Dulu saya menangkap kesan bahwa Paskibra hanya boleh bagi nonjilbabers karena untuk seragam PDU (Pakaian Dinas Upacara) putri menggunakan bawahan rok pendek. Saya pernah ceritakan juga di tulisan saya sebelumnya mengenai teman-teman Paskibra saya yang terpaksa membuka jilbabnya dalam rangka mengikuti perlombaan baris berbaris. Dulu saya menganggapnya normal-normal saja, tetapi ternyata ya … kenapa juga mereka harus membuka jilbab hanya demi Paskibra?

Seiring dengan berjalannya waktu, makin banyak anggota Paskibra yang berjilbab. Paskibraka juga mulai banyak yang mengenakan jilbab. Bagi orang-orang yang mungkin belum benar-benar memahami urgensi jilbab bagi muslimah, Paskibraka putri berjilbab menggunakan seragam PDU rok pendek adalah hal yang lumrah. Toh, katanya mereka masih menggunakan dalaman di balik rok mereka sehingga kulit pahanya tidak tampak dari luar, ditambah dengan kaos kaki yang panjang hampir selutut.

Dulu saya juga sempat bingung, kenapa lengan baju PDU putri tidak sampai ke pergelangan tangan seperti PDU putra? Pro-kontra PDU putri bercelana panjang ini menyadarkan saya bahwa model PDU putri seperti itu (rok pendek dan lengan tanggung) awalnya mempertimbangkan estetika. Katanya kurang anggun kalau perempuan tidak menggunakan rok. Bahkan, kata salah satu mantan Paskibraka putri, dia merasakan pride tertentu ketika mengenakan rok saat bertugas karena dapat melakukan gerakan yang sama dengan Paskibra putra. OK. Ada estetika, ada pride

Isu celana panjang ini cukup panas ketika dikaitkan dengan Islamofobia, mengingat Menpora yang mengusulkan hal tersebut cukup ekstrem dalam hal persyariahan. Aduh, saya bingung pilihan katanya. Intinya, golongan kontra ini mencibir bahwa lama-lama nanti Paskibra putri diwajibkan berjilbab, mengenakan rok panjang, bercadar, bahkan dipisahkan dari barisan putra.

Di golongan pro, seragam Polwan dan perangkat negara lainpun sudah menggunakan celana panjang untuk muslimah berjilbab, tinggal Paskibra saja yang belum. Saya setuju sekali dengan ini karena rasanya aneh melihat muslimah berjilbab tetapi roknya pendek. Walaupun ada dalaman rok, tetap saja tampak bentuk pahanya ketika mengangkat kaki saat jalan di tempat. FYI, paha harus rata-rata air ketika berjalan di tempat. Ada juga yang berargumen bahwa penggunaan celana panjang ditujukan untuk mempermudah gerakan. Lagipula ketika calon Paskibraka berlatih untuk persiapan upacara 17 Agustus, mereka semua mengenakan celana panjang. Bantahan untuk argumen ini dari golongan kontra adalah “Dari dulu juga Pakibra putri mah pakenya rok, gak ada yang komplen. Masih banyak urusan lain di negara ini yang lebih penting daripada ngurusi rok.” Itu sih sama seperti pelanggar aturan lalu lintas yang menolak ditilang atau SIMnya ditahan dengan alasan “Itu koruptor kok gak langsung disita aja semua hartanya?” Tiap masalah kan ada solusinya masing-masing, nggak bisa dong mengesampingkan satu hal karena hal lain yang tidak ada hubungannya dan dianggap lebih penting.

Yah, yang namanya perubahan memang kadang sulit untuk diterima.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.